Pages

Kamis, 09 Juni 2011

DINAMIKA PERKEMBANGAN ISLAM: SEBUAH PENGANTAR
Oleh: A Khudori Soleh**
Sejarah perkembangan Islam, termasuk di dalamnya norma, doktrin, dan peradaban masyarakatnya, sesungguhnya tidak berkembang secara “mandiri”, linier dan normative, melainkan berliku dan tidak lepas dari kondisi social politik yang mengintarinya. Karena itu, pembacaan kita terhadap Islam tidak dapat dilepaskan dari konteks ini, meski tampaknya berisi doktrin, ajaran atau lainnya yang bersifat normative. Tulisan singkat ini akan mendiskusikan realitas dinamika perkembangan Islam yang tidak lepas dari konteks tersebut.
Masa Khulafah al-Rasyidin
Masa Khulafah al-Rasyidin mulai oleh Abu Bakar yang berkuasa tahun 632-634 M. Pemerintahan Abu Bakar yang singkat habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri, terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak mau tunduk pada Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dilakukan hanya dengan Nabi, sehingga secara otomatis batal dengan meninggalnya Nabi. Abu Bakar menyelesaikan ini dengan apa yang dikenal sebagai perangriddah (perang melawan kemurtadan).
Pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar mengikuti apa yang terjadi pada masa Nabi, bersifat sentralistik, dimana kekuasaan legislative, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Abu Bakar sendiri yang diangkat khalifah dengan baiat menyebut dirinya sebagai khalifah al-nabi (pengganti nabi).1
Umar ibn Khathab menggantikan Abu Bakar lewat penunjukan langsung, berkuasa tahun 634-644 M. Masa ini ekspansi Islam pertama terjadi. Syiria, Palestina, sebagian besar Persia dan Mesir jatuh dalam kekuasaan Islam. Luasnya wilayah kekuasaan memaksa Umar untuk membangun system pemerintahan dan administrasi negera. Dalam hal ini, ia mencontoh adiministrasi yang berkembang di Persia. Administrasi pemerintahan dibagi menjadi 8 propinsi: Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir. Departemen-departemen ditingkat pusat juga dibentuk, seperti keuangan, pekerjaan umum dan pengadilan. Umar yang menyebut dirinya sebagai amir al-mukminin (komandan orang beriman) juga membentuk bait al-mal, menempa mata uang dan menciptakan tahun hijrah, menerapkan system gaji dan pajak tanah. Dalam bidang hokum, untuk pertama kalinya systemghanimah (pembagian harta rampasan perang sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah) tidak diberlakukan dan diganti dengan system gaji.2
Ustman ibn Affan yang berkuasa setelah Umar dipilih dengan system formatur yang terdiri atas 6 orang; Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqash dan Abd Rahman ibn Auf. Pada paruh
pertama kekuasaannya yang panjang, tahun 644-655 M, Ustman meneruskan politik Umar melakukan ekspansi ke luar. Menaklukkan Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes dan yang tersisa dari wilayah Persia. Dalam keilmuan, Utsman pertama kali yang membukukan al-Qur’an yang dikenal dengan mushaf utsmani sampai sekarang, untuk membakukan system pembacaan al-Qur’an yang mulai berbeda-beda saat itu sesuai dialek wilayah masing-masing.
Akan tetapi, setelah itu, Utsman tampak mulai tidak dapat mengendalikan ambisi politik keluarganya (Bani Umaiyah) dan mengangkat mereka sebagai pejabat-pejabat penting dan “basah”. Parahnya, Utsman juga mengklaim diri sebagai khalifah Allah (pengganti Allah) bukan khalifah al-nabi sebagaimana Abu Bakar, sehingga memberi kesan dictator dan berkuasa penuh. Perubahan politik Ustaman ini kemudian menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan di kalangan shahabat dan kebanyakan masyarakat, sehingga melahirkan pemberontakan dan berpuncak pada terbunuhnya Utsman.3
Ali ibn Abi Thalib yang dibaiat setelah Utsman berkuasa tahun 655-660 M. Masa pemerintahan Ali penuh dengan gejolak sebagai warisan dari system sebelumnya dan dampak kebijakan radikal yang diterapkan Ali. Ali memecat para gubernur yang diangkat Utsman, menarik kembali tanah-tanah yang dihadiahkan Utsman dan mengembalikan kepada negara, menerapkan system pajak tahunan dan menghilangkan tunjangan shahabat. Gejolak pertama adalah pemberontakan yang dilakukan Aisyah, Zubair dan Thalhah, sedang yang kedua pemberontakan yang dilakukan oleh Muawiyah ibn Abi Sofyan, keluarga dan gubernur Syiria yang diangkat Utsman. Dua pemberontakan ini memberikan dampak teologis yang serius. Ketika Aisyah bertempur melawan Ali, sebagian shahabat seperti Abd Allah ibn Umar tidak dapat mengambil sikap dan menyerahkan keputusannya kepada Allah, karena keduanya adalah keluarga Nabi. Aisyah adalah istri Nabi yang berarti ummul al-mukminin (ibunya orang mukmin) sedang Ali adalah menantu dan orang yang sangat dekat dengan Nabi. Sikap abstain sebagian shahabat inilah yang kemudian
berkembang
menjadi
Murjiah.
Sementara
itu, pertempuran Ali melawan Muawiyah melahirkan tiga aliran teologi besar dalam Islam. Mereka yang membela Ali kemudian menjadi
Syiah, yang mendukung Muawiyah menjadi Jama’ah atau Sunni,
sedang yang tidak puas dengan keduanya menjadiKhawari j.4
Masa Pemerintahan Bani Umaiyah
Pemerintahan Bani Umaiyah berlangsung sekitar 90 tahun, tahun 661-750, berpusat di Damaskus, Syiria. Pada masa ini, ekspansi dan penaklukan wilayah dilakukan secara besar-besaran. Muawiyah sebagai khalifah pertama ingin menyaingi Persia dan Romawi, dua negara adidaya saat itu. Ia melakukan penaklukan ke timur sampai Kabul, Afganistan, ke utara sampai Konstantinopel, Bizantium. Abd al- Malik, penggantinya, meneruskan serangan ke timur sampai India dan2
Maltan, ke barat sampai Maroko dan Spanyol. Dengan keberhasilan ini, wilayah kekuasaan Islam menjadi sangat luar biasa luas. Membentang mulai dari Spanyol di Eropa, Afrika utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, Asia Tengah, Asia selatan sampai India.5
Selain ekspansi wilayah, Bani Umayah juga berhasil membangun kebudayaan dan peradaban. Muawiyah mendirikan dinas pos lengkap dengan kuda dan peralatannya, menertibkan angkatan bersenjata, mencetak mata uang dan menjadikan hakim (qadli) sebagai jabatan profesi. Abd al-Malik, khalifah penggantinya, mencetak uang sendiri dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab, menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan, dan mendirikan panti orang cacat. Umar ibn Abd al- Aziz, penggantinya, menetapkanal-Muwatha’ karya Imam Malik sebagai KUHP di wilayah Islam.6
Akan tetapi, pada aspek social dan politik, Bani Umaiyah justru mewariskan masalah. Muawiyah menerapkan system strata social yang berbeda dikalangan masyarakat. Ada 4 strata social yang dikenal saat itu, yaitu muslim arab, muslim non arab (mawalî), non muslim dan budak. Muawiyah dan para penerusnya menghidupkan kembali apa yang berusaha dihilangkan oleh Islam dan Nabi, yaitu system budak sebagai dampak tidak langsung adanya penaklukan- penaklukan. Mereka juga mendahulukan muslim arab untuk jabatan- jabatan di pemerintahan dibanding kalompok lainnya, sehingga muslim non arab merasa di nomorduakan. Diskriminasi social ini kemudian memunculkan ketidakpuasan dan pemberontakan yang berpuncak pada tergulingkannya dinasti Muawiyah.7 Khalifah al-Walid II (743-744 M) juga memisahkan tempat pertemuan antara laki-laki dan perempuan. Meski awalnya hanya pemisahan tempat pertemuan, tetapi kemudian berkembang menjadi pemisahan peran-peran public dan lainnya yang pada akhirnya melahirkan adanya diskriminasi dan bias gender di kalangan masyarakat muslim seperti yang kita lihat sekarang.
Dari aspek politik, Muawiyah merubah tradisi pemerintahan sebelumnya yang bersifat “musyawarah-domokratis” menjadi monarkhi dengan meniru system suksesi di Romawi dan Persia. Karena itu, meski tetap memakai gelar khalifah, mengikuti Utsman, Muawiyah mengklaim dirinya sebagai khalifah Allah (pengganti Allah di bumi atau penguasa yang diangkat Allah), bukan khalifah al-Nabi atau yang lain. Perubahan system politik ini dimulai ketika mengangkat anaknya, Yazid, sebagai penggantinya. Untuk melaksanakan ini, Muawiyah menggunakan segala cara.Pertama, kekerasan politik dan fisik. Ia memaksa seluruh rakyatnya bersumpah setia kepada Yazid. Yazid sendiri juga memaksa para shahabat di Madinah untuk berbaiat kepadanya. Husein ibn Ali, cucu Nabi, yang menolak berbaiat di perangi di Karbala, Iraq. Tragedi terbunuhnya Husein di Karbala inilah yang kemudian melahirkan tradisiassyura di kalangan Syiah sampai sekarang.8Kedua, menggunakan bahasa agama. Antara lain, membuat doktrin teologiJabariya h. Teologi ini
3
Gagasan metafisikanya yang kemudian dianggap menyimpang dari ajaran Islam dikembangkan dari ajaran neo-platonisme, bukan dari Aristoteles. Itulah sebabnya kenapa Ibn Rusyd (1126-1198 M) juga mengkritik al-Farabi telah menyimpang dari ajaran Aristoteles.38 Dengan demikian, serangan al-Ghazali terhadap metafisika filsafat Islam lebih karena adanya perbedaan paham, dan al-Ghazali sendiri tidak bermaksud menolak filsafat sama sekali. Sayangnya, kebanyakan kita telah bersikap apriori dan ikut-ikutan menolak filsafat secara keseluruhan, sehingga tidak mampu berkembang. Berkaitan dengan hal ini ada statemen Fazlur Rahman yang menarik untuk direnungkan,
“Filsafat adalah alat intelektual yang terus menerus diperlukan. Untuk itu, ia harus diperbolehkan untuk bekembang secara alamiah, baik untuk pengembangan filsafat itu sendiri maupun untuk pengembangan disiplin- disiplin keilmuan yang lain. Hal ini dapat dipahami, karena filsafat menanamkan kebiasaan dan melatih akal pikiran untuk bersikap kritis-analitis dan mampu melahirkan ide- ide segar yang sangat dibutuhkan. Ia, dengan demikian, menjadi alat intelektual yang sangat penting untuk ilmu- ilmu yang lain, tidak terkecuali agama dan teologi. Karena itu, orang yang menjauhi dan menolak filsafat dapat dipastikan akan mengalami kekurangan energi dan ide-ide segar. Lebih dari itu, ia berarti telah melakukan bunuh diri intelektual”.39
Penutup
Pasca jatuhnya dinasti Bani Abbas di Baghdad oleh tentara Mongol tahun 1258 M, pemikiran dan peradaban Islam sesungguhnya masih bertahan beberapa lama. Antara lain, di Spanyol, Mesir dan Syafawi di Asia Tengah. Akan tetapi, memasuki abad ke 15 M, keilmuan dan dinasti besar Islam benar-benar habis, kecuali dinasti Utsmaniyah di Turki. Masyarakat Islam menjadi sangat merosot dan sebagian besar jatuh dalam penjajahan Eropa. Karena itu, tulisan ini tidak akan memperjang uraian tersebut.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa perjalanan panjang sejarah Islam tidak lepas dari pengaruh kepentingan politik, perbedaan-perbedaan paham dan ideologi, konteks kebudayaan sekitar dan seterusnya. Tidak terkecuali dalam hal ini sejarah perkembangan teologi, pemikiran, doktrin-doktrin keagamaan dan lainnya yang sekilas bersifat ideal dan normative. Karena itu, kita tidak bisa secara langsung mengambil doktrin-doktrin ajaran lepas dari koteksnya. Begitu pula, kita tidak bisa membaca teks-teks keagamaan tanpa memperhatikan situasi politik dan social yang mengintarinya. Wallahu a’lam.

RENAISANS ISLAM

عنوان الكتاب:
"الهجوم على الإسلام في الروايات الأدبية" لأحمد أبو زيد
تلخيص الكتاب
وبناء على ما تناول المؤلف في هذا الكتاب، فلقد لخصت كالآتي...
تحدث المؤلف في الفصل الأول عن خمسة موضوعات وأولها هي الهجوم على الإسلام مخطط استعماري صلبي.كما عرفنا أن عداء الصلبية للإسلام تكون منذ جاءت الحروب الصلبية واستولت على الشرق الإسلامي لعدة قرون ومن بعدها الاستعمار الغربي الصلبي الذي احتل البلاد الإسلامية. وهم يستخدمون عدد من الطرق للهجوم على الإسلام ومنها؛ إضعاف السلطان الإسلام في نفوس المسلمين بنشر الاتهامات المختلفة حول الدين الإسلامي، وتشوية حقائق الإسلام ووضعه في أعلى الاتهام وتركيز على القرآن وتوجيه الهجوم عليه وترجمته لغرض محاربته، ونشر الكتب المفسدة المضللة لدى المسلمين، وإنشاء المذاهب الهدامة لإشغال المسلمين بها، وطعن الرسول صلى الله عليه وسلم وغيرها. ثمّ الهجوم على الإسلام مخطط صهيوني وهي مجموعة من الناس تدعو إلى مجتمع يهودي مستقبل في فلسطين. هم يستخدمون الخطوات المتنوعة لتحقيق هدفهم هذا منها؛ استعمال الرشوة والجنس للوصول إلى السيطرة على المسلمين، ومحاولة السيطرة على الصحافة وكل أجهزة الأعلام لنشر عن مبادئهم وأخبارهم الكذيبة عن الإسلام، وإجبار التلاميذ المسلمين الذين يدرسون في بلادهم على دراسة اللغة العبرانية والديانة اليهودية وحفظ التوراة ومنعتهم من حفظ القرآن، وإدخال الشبهات والإسرائيليات في العقائد والتاريخ وتشجيع الهجوم على السنة المحمدية والتشكيك فيها وغيرها من الطرق. وفي موضوع الثالث يتحدث عن الهجوم على الإسلام مخطط شيوعي وهم مذهب المادي يقوم على العداء لكل الأديان السماوية خاصة الإسلام.وهم ينشرون المبدأ الذي يعتبر الدين أفيون الشعوب ويستخدمون الخطوات المتعددة مثل الآخر منها قطع الروابط الدينية بين الشعوب والتفريق بينهم وغيرها وتركيز في الأذهان أن الإسلام قد انتهى عصره وغيرها. وفي موضوع الرابع تحدث خن الهجوم على الإسلام هدف تغريبي ومن خطواتهم وهي وحدة الأديان ودعوة ترمي إلى انتقاض على الإسلام وافساد المراجع والمصادر الذين يعتمدون عليهم المسلمون في فهم العقيدة الإسلام وتاريخه. وفي الأخير، يتحدث عن حكم سب الرسول صلى الله عليه وسلم وغيره من الأنبياء حيث قال أن الساب إن كان مسلما، فإنه يقتل بسبه كما أجمع الأئمة الأربعة على قتله، وإن كان ذميا فيقتل أيضا. واستدل المؤلف ببعض الآيات القرآنية على هذا القول منها قال تعالى: ((والذين يؤذون رسول الله لهم عذاب أليم)) (التوبة: ٦۱) وقال تعالى: ((إن الذين يؤذون الله ورسوله لعنهم الله في الدنيا والآخرة وأعدلهم عذابا مهينا)) (الأحزاب: ٥٧).
وفي الفصل الثاني تحدث المؤلف عن استغلال الأدب في محاربة الإسلام. أن الصراع بين الحق والباطل يكون منذ عهد الرسول صلى الله عليه وسلّم حيث يحاول الكفار أن ينتيج القصائد التي يتهام فيها الإسلام والرسول صلى الله عليه وسلّم. وفي عصر الحديث يكون الاستغلال في الأدب بعدد من الطرق منها القصة والمسرحية. فبدأ القصة التي مملوءة بالخيال والضلال. وأن المؤدبون الغربيون يعتمدون على حرية الفكر في إعمال الفن والأدب. وهذه حرية يؤدي إلى وجود الروايات الاتي لا تهتمين بالدين و تعليمه. والغرب يستخدم هذه الحرية لسب الإسلام ورسولنا صلى الله عليه وسلم ويظهر فيه دون الخوف. ومن هذه الرواية "محمد" بقلم فوليتر الذي يسب فيه الرسول صلى الله عليه وسلم، ويأتي بعده كثير من الروايات المضللة منها روسو الذي يأتي بالنقد قصة "محمد" ولكن ما دام يسب الرسول فيها. والأمة الإسلامية لا يشعر بهذا الأمر الخطير الذي يحدث حولهم ويستمر الغرب وأدباءهم في الانتاج القصص والروايات الكذيبة عن الإسلام. وهذه الروايات تتخذ منهجا خاصا ومنها تصوير القساوسة والرهبان ورجال الدين بصورة ملائكية فهم يخوضون الأخطار دون خوف ويقتحمون المشكلات في حلم ورؤية ويتسمون بجمال الملامح ورقة المشاعر وجلال المظهر وتألق الثياب، ويتصف ((رجل الله)) بالصبر والحلم وتقديم التضحيات ولا تيئسه الهزائم أو تنال من عزمه النكبات، والتنفير من الانحرافات بأسلوب فني ناجح وتجنب الصدام في البداهة مع العادات والتقاليد العتيقة ومعالجتها بأسلوب رقيق ماهر، والنيل بطريق غير مباشر من مختلف العقائد والديانات المنافسة واظهارها بمظهر الانحراف والخمول والدجل وتقديم نماذج قصصية أو مسرحية تبلور هذا التصور بطريقة حية مؤثرة، ويعمد الكتاب التنصيريون أساسا إلى البساطة في الأسلوب مهما كان المعنى عميقا وتجنب التعقيد والغموض. والأدب التنصيري الغربي ليس مجرد تبيان لمحاسن الرجال المنصرين وذلك بسبب انتمائهم العقيدي فحسب ولكن هناك ما هو أخطر من هذا التصور إذ يهدف هذا الأدب في التوهين عرى الالتقاء بين المسلم وتراثه العقيدي والسلوكي والتمهيد لمفاهيم غربية أشد التصاقا بالاتجاه الديني النصراني.
وفي الفصل الثالث يتحدث الكاتب عن حرية العقيدة والفكر والرأي في الإسلام. قال الأدباء الغربيون للدفاع على أعمالهم المنحرف أن الإسلام ليس له الحرية في التفكير والعقيدة حتى يحدد الأدباء من انتاج الأدب الجميل والممتع. لذلك ينقسم المؤلف هذا الفصل إلى مبحثين. ففي المبحث الأول يتحدث الكاتب عن حرية العقيدة التي بمعنى أن الإنسان له الحق في اعتناق الدين الذي يريده وحقه في ممارسة الشعائر الدينية، أو حرية الإيمان بما أنزله الله من الكتب وبعث من الرسل.وهناك أمور أساسية حول هذا الفكرة؛ ألا يجب على غير المسلم أن يدخل الإسلام ولهم حرية في أداء شعائر دينهم بحرية كاملة ولو أنهم يسكنون في البلاد الإسلامية، وللمسلم لهم حرية في ممارسة شعائر إسلامه والتخلق بأخلاقه سواء عاش في بلاد إسلامية أو غير إسلامية، وعلى المسلم أن ينتبهوا أن هذه الحرية لا تعني أنهم يحق أن يرتدّون عن الإسلام أو يشككون في تعليم الإسلام وأصوله حتى لا يؤمن بالله ورسله وكتبه. ثم تحدث أيضا عن حد الردة وهي القتل كما كتبت في الشريعة الإسلامية، قال تعالى: ((y`tBur ÷ŠÏs?ötƒ öNä3ZÏB `tã ¾ÏmÏZƒÏŠ ôMßJuŠsù uqèdur ֍Ïù%Ÿ2 y7Í´¯»s9'ré'sù ôMsÜÎ7ym óOßgè=»yJôãr& Îû $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur)) (البقرة:٢١٧) وقال الرسول صلى الله عليه وسلم: ((من بدل دينه فاقتلوه). فحد الردة في الإسلام له وجاهة وقد جاء حماية للدين من المتلاعبين به ولا يتناقض على الإطلاق مع مبدأ حرية العقيدة الذي قرره الإسلام. وفي المبحث الثاني تتكلم الكاتب عن حرية الفكر والرأي وحدود حرية الفكر والرأي. فحرية الفكر بمعنى أن الإنسان له حرية في التفكير والبحث وإبداء رأيه والتعبير عنه بكافة الوسائل. ويؤكد الرسول أن الدين النصيحة وأفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائز. ولا يجور للمسلم على الاجتهاد والرأي الذي يتعلق بالتشريع الإسلامي القطعي. وهذه الحرية مكفولة للجميع ما دامت لا تحمل على الفوصى أو تثير الفساد والإفساد أو تكون إرادة لهدم أسس الإسلام. وأما حدوح حرية الفكر والرأي في الإسلام مقيدة بالحفاظ على أركان الدين وهو أساس الدولة فليس من حق شخص يدعى أن يفكر ثم يصل بتفكيره إلى نفي الألوهية أو الرسالات السماوية أو الطعن فيما هو مسلم به من الدين ويعلم ذلك على الناس.
وفي الفصل الرابع تحدث المؤلف عن الرواية الخطيرة بموضوع "أولادنا حارتنا" لنجيب محفوظ التي يحصل على جائزة نوبل عام ١٩٨٨م لسبب أدبه. وحقيقة ليس لسبب أدبه الممتع فحسب بل لأن هذه الرواية بهدف الهجوم على الإسلام مع أن الجائزة نوبل ينظمها اليهود، فلذلك من المعقول أن يحصل نجيب على هذه الجائزة. ففي هذه الرواية يصوّر نجيب بعض الرموز ويشبه الرواية بالقصص من القرآن ويستدل بالآيات القرآنية. يصور "الجبلاوي" بالله الذي يملك "البيت" وهو العرش ويسكن مع أبنائه ويقصد بها الملائكة وهم إدريس أي إبليس وعباس ورضوان وجليل وأدهم أي آدم.وفي وسط الرواية يكون القصة في جعل الجبلاوي أدهم كمساعده للتدبير البيت مثل القصة في جعل الله آدم كخليفة في الأرض، ويكون إدريس مخالفا بأبيه لأنه يشعر أنه أحسن من أدهم فطرد إدريس من البيت. ثم طرد أيضا أدهم من البيت لقربه الحجرة الصغيرة التي توجد فيها الكتاب السرى. ثم يتحدث نجيب قصة الأنبياء الأخرين مثل عن "جدل" وهو موسى و"رفاعة" وهو عيسى عليه السلام. ويجعل لمريم زوجا ويردّ عن المعجزة مولود عيسى دون الأب ويقول إذا كان ليس عندها زوج فمريم تزني كما دعاها اليهود. ثم تحدث عن "قاسم" وهو الرسول صلى الله عليه وسلم وهو يتيما ويسكن مع عمه وطلب العلم من "يحيى" وهو ورقة بن نوفل. ثم يختم الرواية بالموت الجبلاوي الذي يقتله "عرفة" ويقصد بها العالم الدنيا. ففي هذه الرواية يشير نجيب إلى أن العبد لكي يؤمن بالله فله أن يرى ربّه كما يرى عبد "الجبلاوي" و يحمل رأي خطير بالموت "الجبلاوي" كأن يقول أن العلم الدنيا يستطيع أن يقتل الله أو يسبب الناس في بعده. ثم تحدث الكاتب عن أسباب الحصول نجيب على نوبل، ومنها أن روايته مملوءة بالإسرائيليات وليس للاعتبارات الفنية الخاصة بأدبه فحسب ولكن هناك اعتبارات خارجية تتعلق بموقفه المؤيد للسلام وكامب ديفيد وما قام به من تطبيع ثقافي بين مصر وإسرائيل. ثم تحدث المؤلف عن الروايات الأخرى لنجيب التي مزح رموزه مع الخمر والجنس والنساء، وله في هذا الباب مواقف متعددة خلط فيها بين الصورة الاجتماعية وبين السخرية بالقيم الإسلامية ومن هذه الرواية "زعبلاوي" التي تعطي الخمر معنى صوفيا باعتباره مخدرا للحواس على نحو مبالغ فيه إلى حد بعيد حيث يرى أن الإنسان لا يتصل بالله في حالة العشق إلا إذا كان في حالة السكر زغيرها من رواياته الخطيرة والمضللة.
وفي الفصل الخامس يتحدث المؤلف عن الرواية الخطيرة "آيات شيطانية" التي ألفها سلمان رشدي الهندي الأصل البريطاني عام ۱٩٨٩ التي يسب فيها الرسول صلى الله عليه وسلم وزوجاته وأصحابه. هذه الرواية يحمل الرمز يسمى "ماهاوند" الذي يحدث فيه كثير من الأحداث التي يصور فيها حياة الرسول وزوجاته وأصحابه بالهدف أن يسببه. ويذكر المؤلف عن أسباب التي تؤدي سلمان رشدي في كتابة هذه الرواية. ومن هذا الأسباب أن سلمان يأتي من الأسرة التي تهتم بالتعليم الغربي، وأن سلمان يدرس في المدرسة البريطانية و الجامعة ((كامبردج)). والغرب أيضا له دورا مهما في تشجيع سلمان في كتابة هذه الرواية لسبب الهجوم على الإسلام. وهم يسرع في الشراء حق النشر الرواية وينشر الرواية في عالم الغربي للتحقيق هدفهم في الهجوم على الإسلام. ثم يكتب عن الموقف الإسلامي من المؤلف والرواية. وكان حاولت اللجنة المتحركة للشؤون الإسلامية أن ترد هذه الرواية و ترفض النشر على أساس أن هذه الرواية عبارة ((هذا الكتاب يسيء إلى الإسلام)). ولكن لا تنجح اللجنة في جهدها. ثم أخرج الخميني زعيم الثورة في إيران فتواه أن يجب على المسلمين أن يحارب هذه الرواية ويقتل كاتبها وناشرها. والمفكرون في أنحاء العالم الإسلامي يتفقون بهذا الفتوى بالقول أن سلمان قد ارتد عن الإسلام. فالغربيون يبدؤون في الدفاع هذه الرواية وسلمان رشدي ولا ينجحون في الانتهاء هذه الرواية مرة أخرى.
وأما في الفصل السادس يتحدث الكاتب عن الرواية "مسافة في عقل رجل" التي كتبها علاء حامد الموظف الذي يهدف فيها الطعن في العقيدة الإسلامية والسب الرسول صلى الله عليه وسلم. ولسبب هذه الرواية يحكم الحكومة في القاهرة على كاتبها بالسجن ثماني سنوات عقوبة له على تهويماته وجرأته على السب. هناك بعض الجمل التي يسبب الشك في هذه الرواية منها يقول الكاتب "أنا...مسلم بالميراث...لو ولدت من صلب ملحد لأصبحت مثله...فلا اختيار لمسلم في دينه" و"ثم لماذا يغير الإنسان عقيدته وقد فقد اهتمامه بالدين كمنهاج في الحياة". ويتحدث المؤلف عن الدفاع الذي يقومه الكاتب الرواية عن روايته على تقرير الأزهار الذي يرفض روايته. ولكن لا ينجح المؤلف عن دفاعه وسجن لسبب هذه الرواية الخطيرة وجهله. 

     
النقد والتعليق
نقدي في الأسلوب
أما عن أسلوبه في الكتابة، وهو يستخدم كثير من الكلمات السهلة للفهم ولو أن هناك أيضا الكلمات الصعبة ولكن ما دام يفهم لدي، ووضوح المعنى لأن متسلسة الأفكار ومترابطة أي أنه لايجمع الأفكار في الفصل الواحد، وشرح الأفكار بالتفصيل،ولا يتكررها. وبجانب ذلك، أن أسلوبه صادقة العبارات، وشيقة غير مملة، فقد أكد لي ذلك أنني بعد أقرأ الكتاب، عرفت أن الكتاب ممتع ومفيد، وأنني بعد قرائتي قليلا أود أن أستزيد أكثر، وهو أيضا يساعدني في فهم عن الأدب الحديث الذي بعضها يخطر لدى المسلمين.
        وبعد أن أقرأ هذا الكتاب، عرفت أن هناك كثير من الروايات التي تهجم على الإسلام ولكن لا يهتم بها الأمة الإسلامية اهتماما عظيما. فأنا إذا ما قرأت الكتاب لا أعرف عن هذا الأفعال الأدبية التي خطير جدا. فالكاتب بمساعدة أسلوبه الممتعة والسهلة ينجح في البيان هذه القضية مع استخدام الآراء و الأفكار المتنوعة حولها. ووضع المراجع والمصادر التي عاد إليه المؤلف في دراسته وتأليفه حتى لا يختلط أو يضطرب في ذهن القارئ ما يرغب المؤلف إلى توصيله من المعلومات. ولكن لا توجد الفهرس للبيان عن الموضوع ولا يوجد المقدمة والخاتمة وهذا من السلبيات لهذا الكتاب. وأخيرا أن الأسلوب الذي يستخدمها الكاتب ممتعة وجميلة حتى أستفيد أكثر منها كالطلاب اللغة العربية.
نقدي في الفكرة
من خلال قرائتي للكتاب تبين أن للمؤلف فكرة واضحة عن كل الموضوعات التي قدمه في الكتاب. ووجدت أن المؤلف قادر على تقديم الفكرة الجيدة لكل موضوع ورتب المؤلف أيضا الأفكار ترتيبا واضحا. في بعض الأفكار يأتي المؤلف بالشواهد لكي يسهل القارئ أن يفهم الموضوع. ويأتي بآراء العلماء حولها و يستدل بآيات القرآنية لتعقيد آراءه في تلك القضية. هذا يشير إلى أن علمه واسعا جدا ولا يكتبه كما يريد ولكن حسب فهمه الواسع حول الموضوع.
ويعرض الأفكار بطريقة واضحة باستخدام المعلومات الصحيحة والجيدة التي وجدها من الكتب والمراجع المتعددة وهذه المعلومات سترسخ في نفوس القارئ لصحته. ويمكن القارئ أن يستخدم هذه الأفكار الجيدة في مناقشتهم حول الموضوع.
نقدي في دراسته لموضوع الكتاب
أختار المؤلف الموضوع عن الهجوم على الإسلام في الروايات الأدبية ويشير إلى الأفكار المتنوعة حول هذا الموضوع. فهذا الموضوع يساعد القارئ أن يفهم عن الاستغلال الأدب في محاربة الإسلام ويعرف أيضا الطرق التي يستخدمها الأعداء الإسلام لهدم هذا الدين الخالص. فاختيار الموضوع لدى المؤلف مناسب لهذا الرمان الحديث لأن كثير من المسلمين لا يعرف عن هذه القضية.

نقدي في المنهج
        أما منهج المؤلف في الكتابة منهجا ممتعا بأن المؤلف يستخدم المنهج التفصيلي لأنه يشرح كل القضايا بالتفصيل ويجئ عدد من الآراء والبيانات والدليل من القرآن والحديث النبوي. وينقسم الموضوع إلى ستة فصول مع بيان عن الأفكار المتنوعة التي تتعلق بالموضوع بالتفصيل. وهو أيضا يرتّب الموضوع والفصول ترتيبا ممتعا ويسهل علي أن أقرأها. وفي كل فصل يوجد المباحث الصغيرة حول الموضوع لكي يعقد القضايا في كل الفصل.
والخلاصة القول، أن هذا الكتاب ممتعة وأشعر بالفراح في قرائته لأن وجدت كثيرا من الفوائد منها حيث يساعدنني أن أفهم ما هو الطرق التي يستخدمها الأعداء الإسلام للهجوم عليه ومحاربته. وأنا أيضا أستطيع أن أزيد علمي في اللغة بمعرفة كلمات جديدة من هذا الكتاب. وبعد أن أقرأها أشعر أن هذه المادة ممتعة وتعطي الفوائد للطلاب اللغة العربية.