Pages

Kamis, 09 Juni 2011

renaisans islam

Gerakan Renaisan Islam
(Menggagas Kebangkitan Kembali Peradaban Islam)
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sebuah bangsa
Sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.
QS Al-Ra’d : 11
Konsep Gerakan Perubahan Sosial Dalam Tradisi Islam
Selama ini masih banyak orang yang ragu atas kemampuan Islam dalam mengantisipasi keadaan dunia modern. Umumnya pertanyaan yang dilontarkan apakah Islam yang diturunkan 15 abad silam di tengah padang pasir Arabia kepada masyarakat pra-feodal, masih mampu memberikan solusi kepada dunia modern yang penuh dengan krisis dan dilemma. Apakah ajaran Islam masih relevan dengan dunia yang tengah mengalami lonjokan-lonjakan dahsyat pengetahuan dan teknologi, yang pada akhirnya mempertanyakan apakah Islam mampu membentuk sebuah tatanan dalam tatanan dominan yang bersumber dari peradaban Barat yang telah mengglobal. Karena pada kenyataannya, sejak beberapa abad lalu dunia Islam telah mengalami penjajahan-penjajahan yang mengakibatkan hilangnya tradisi masyarakat Islam yang telah dibangun bertahun-tahun, bahkan lebih jauh telah merubah tatanan masyarakat dan sistemnya menjadi pola masyarakat Barat yang dengan setia menerapkan produk pengetahuan dan teknologi Barat.
Sejauh ini para cendekiawan muslim terkemukapun masih berbeda pendapat tentang kedudukan ajaran Islam di tengah derasnya modernisasi, yang akibatnya telah membingungkan atau lebih jauh mematahkan semangat masyarakat awamnya dan mengantarkan mereka pada krisis dan dilemma yang menambah keterbelakangan dan kebodohan mereka. Di satu sisi ada yang menyerukan modernisasi tanpa batas, yang menerima apapun yang disodorkan Barat dengan alasan sederhana, jika mau maju seperti Barat, maka kaum muslimin harus seperti Barat sebagaimana yang di anut Mustafa Kemal Attaturk yang telah mengantarkan masyrakat Islam Turki menjadi masyarakat muslim yang sekuler. Di sisi lain ada sekelompok yang mempertahankan apa adanya ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah yang membuat mereka secara otomatis bertentangan dengan dunia modern, bahkan sekaligus menutup diri dengan alasan terlalu banyak permasalahan yang ditimbulkan oleh modernisasi yang diserukan Barat. Diantara kedua kutub ektrim ini terdapat sekelompok cendekiawan yang mencari jalan tengah, bagaimana dapat menerima pengetahuan dan peradaban Barat dengan sempurna tanpa harus mengorbankan tradisi dan keyakinan kaum muslimin. Kelompok
1
menggantikan kekuasaan para tirani dengan mengatasnamakan perjuangan rakyat, ataupun para pemburu harta yang akan menggantikan kedudukan para berjouis dengan mengatasnamakan para rakyat tertindas.
Mereka yang akan menggerakkan perubahan dalam Islam dituntut untuk merombak diri mereka sendiri terlebih dahulu sebelum tampil ke gelanggang perjuangan sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah saw. Sebelum beliau tampil menyerukan perjuangan sucinya, Rasulullah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pemimpin besar, dan setelah beliau siap, Allahpun mewahyukan ajaran-ajaran mulia yang akan membentuk beliau sebagai seorang pemimpin perubahan. Maka gerakan perubahan dalam Islam dimulai dengan perombakan kejiwaan para pelakunya masing-masing, membersihkan jiwa dan pemikiran dari berbagai bentuk kesyirikan dan kekafiran sehingga didapatkan jiwa dan fikiran yang bersih. Kebersihan jiwa bermakna mereka adalah orang yang berjuang semata-mata mengharapkan ridha Allah semata, memiliki ketergantungan dan hubungan yang kuat dengan-Nya. Hidup dan matinya disandarkan sepenuhnya kepada Tuhan seru sekalian alam.
Dalam melakukan gerakan perubahan pada masyarakatnya, para Nabi dan Rasul memiliki tingkatan-tingkatan dalam pelaksanaannya sebagaimana yang diajarkan Tuhan-Nya kepada mereka, sebagaimana dinyatakan al-Qur’an :
Sebagaimana telah Kami turunkan Rasul kepadamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, mensucikan kamu, mengajarkan kepada kamu al-Kitab dan al-Hikmah dan mengajarkan apa- apa yang belum kamu ketahui. (al-Baqarah : 151)
Berdasarkan pada ayat di atas, maka proses perubahan yang diajarkan al-Qur’an
memiliki sistematika :
-
Membacakan ayat-ayat Allah (Proses Tabligh)
-
Mensucikan (Proses Tazkiyah)
-
Mengajarkan tentang al-Qur’an dan al-Hikmah (Proses Taklim)
-
Mengajarkan mereka apa-apa yang belum mereka ketahui (Proses Ta’dib)
Jadi dalam melaksanakan gerakan perubahan pada masyarakatnya, para Nabi dan Rasul telah
melaksanakan melalui tingkatan-tingkatan, yaitu tabligh, tazkiyah, taklim dan ta’dib.
- Proses Tabligh
Proses tabligh adalah proses menyerukan kepada manusia agar mau mengikuti ajaran- ajaran Allah dan Rasul-Nya dengan berbagai cara dan kaidah berdasarkan ayat-ayat Allah dan sabda Nabi. Para Nabi dan Rasul senantiasa memulai gerakannya dengan menyeru kepada masyarakat agar mau mengikuti ajarannya sebagaimana yang telah diwahyukan Allah
18
kepadanya. Ayat-ayat Allah adalah yang termaktub dalam kitab-Nya di al-Qur’an ataupun ayat- ayat Allah yang banyak terdapat dalam seluruh phenomena kehidupan manusia, bahkan dalam diri manusia itu sendiri. Demikian pula halnya dengan gerakan taghyir harus dimulai dengan seruan kepada masyarakat agar mau mengikuti gerakan perubahan yang akan dijalankan. Masyarakat harus mengetahui visi, misi, karakteristik, tujuan, hakekat dari gerakan perubahan yang akan dijalankan dan diharapkan dengan demikian mereka akan menjadi salah satu pendukungnya, sebagaimana masuk Islamnya para pengikut Rasulullah yang kemudian menjadi para pembela Islam. Proses penyeruan ini harus dilakukan dengan cara-cara yang agung dan mulia, tidak seperti gerakan-gerakan lainnya yang mengutamakan janji-janji duniawi, karena gerakan ini adalah gerakan yang agung dan mulia, untuk menegakkan sebuah keagungan dan kemulian dan hanya dapat dilakukan tentu oleh orang-orang yang memiliki watak yang agung dan mulia.
- Proses Tazkiyah
Setelah sebagian masyarakat yang diseru mau mengikuti gerakan perubahan, maka proses selanjutnya adalah proses tazkiyah, yaitu mereka disucikan dari segala bentuk unsur- unsur negatif yang akan mengganggu perjuangan mereka. Para Nabi dan Rasul adalah sebaik- baik manusia yang telah diajarkan bagaimana mensucikan manusia dari segala bentuk kejahatan, baik kemusyrikan, kekafiran, kemunafikan, kejahatan, dan sejenisnya. Pensucian hati, jiwa dan fikiran dari segala bentuk nilai-nilai kejahiliyahan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya. Sebuah misi yang suci hanya terletak di tempat yang suci pula, seperti nilai-nilai keagungan Islam yang suci hanya dapat bersemayang di dalam jiwa-jiwa yang suci pula. Itulah sebabnya sebelum mereka menerima nilai-nilai suci perjuangan mereka harus melalui tahapan pensucian dan pembersihan dari segala bentuk kekotoran dan kejahatan. Di dalam Islam, proses pensucian jiwa dan fikiran melalui sarana-sarana yang telah ditetapkan, baik berupa solat, puasa, zakat, haji, shodakah, zikir, jihad dan lainnya yang kesemuanya akan membersihkan jiwa dan fikiran.
- Proses Taklim
Setelah para pengikut dan kader gerakan Islam melakukan pembersihan, baik hati, jiwa, fikiran dan fisiknya sesuai dengan ukuran yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya, maka mereka telah siap menerima ajaran-ajaran agung dan mulia yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Hati dan jiwa yang telah bersih dengan mudah akan menerima ajaran-ajaran mulia yang akan merubah tatanan masyarakat. Demikian pula manusia-manusia bersih dengan
19
mudah akan dapat melaksanakan ajaran-ajaran yang diberikan kepadanya, mengamalkan pengetahuan yang telah diperolehnya sebagai landasan utama dalam membangun manusia dan masyarakat unggul. Proses taklim lebih merupakan sebuah penanaman nilai-nilai keyakinan kepada Sang Pencipta dan keagungan ajaran-Nya yang dibawakan oleh Nabi besar-Nya. Al- Qur’an dan al-Hikmah akan mengantarkan manusia kepada kesempurnaan hidup, kesempurnaan spiritualitas dan keyakinan sebagai modal utama manusia dalam membangun peradaban baru.
- Proses Ta’dib
Proses ta’dib adalah proses mulai berdirinya sebuah tatanan masyarakat dengan sistem dan nilai-nilai agung yang terkandung di dalamnya. Setelah masyarakat memiliki kesiapan mental spiritual dalam mengembangkan sebuah peradaban, maka para pemimpin perubahan akan mengarahkannnya membangun sebuah peradaban baru berdasarkan pada ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya. Hal inilah yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul, setelah mereka memiliki sekumpulan masyarakat yang bersih jiwa raganya, memahami pesan-pesan agamanya, maka dikembangkan sebuah peradaban baru yang akan membangun dunia baru yang telah berhasil menjadi penghubung peradaban klasik dengan peradaban modern.
Demikianlah konsep yang senantiasa dibawa oleh para Nabi dan Rasul dalam membangun sebuah tatanan baru dalam masyarakatnya dan hal inilah yang harus dilakukan oleh mereka yang akan merubah masyarakatnya sepanjang masa. Maka konsep ini dapat pula diterapkan kepada masyarakat manapun yang akan membangun sebuah tatanan mansyarakat baru yang berdasarkan kepada keridhoaan Allah. Dalam proses penegakan masyarakat utama ini, akan terjadi pergesekan-pergesekan dengan kekuatan-kekuatan yang anti, bahkan peperangan demi peperangan sebagaimana yang telah dialami para Nabi dan Rasul yang berjuang membebaskan dan membangun masyarakatnya, dan hal ini akan menjadi salah satu sarana yang akan menguatkan terbentuknya masyarakat utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar